Jamu pegel Melarat



            “Mas, beli jamu”.
            “Jamu apa mas?” Tanya si pemilik took
            “Jamu pegel melarat mbak, hehe, bukan mas jamu pegel linu”.
                        Ada-ada saja tingkah orang-orang ini. Melalui si pembeli tadi dan melihat banyaknya orang yang datang ke tokonya dan mengeluh, ia mempunyai ide. Orang-orang jaman sekarang ini sering mengeluh karena gak punya uang, ekonomi semakin sulit dan berbagai alasan lainnya. Si pemilik toko berinisiatif untuk membuat jamu baru.
            Suatu pagi ada seorang pembeli yang bercanda mengatakan bahwa ia ingin membeli jamu pegel melarat juga. Si penjual tak berlama-lama lagi, ia langsung mengambil jamu baru produksinya.
            “ Ini Pak, jamu pegel melarat” sambil menunjukkan jamu barunya.
            “ Loh sekarang ada jamu pegel melarat ya mas?” si pembeli sedikit kebingungan.  
            “ Ada pak, silahkan dilihat dulu”.
            Perlu beberapa detik si pembeli tadi membaca dan memahami jamu yang baru saja diketahuinya itu. Dilihatnya komposisi pada kemasan jamu tersebut. Pelan-pelan ia membaca sampai akhirnya beberapa komposisi pada jamu tersebut membuatnya tersadar.
            “ Loh, mas ini memang ini komposisi apa kok seperti ini?”
            “ Itu komposisi khusus untuk orang-orang yang pegel melarat Pak” jawab si penjual tadi dengan santainya.
            Si bapak tadi masih kebingungan dengan komposisi tersebut. Menurutnya itu sangat aneh sekali. Ia pun akhirnya bertanya kembali kepada si penjual tadi.
            “Mas ini kok rasanya aneh sekali ya komposisinya?”
            “ Aneh kenapa bapak?”
            “ Ini jamu tapi kok komposisinya detergen, baygon, citrun dan garam????”
            “Iya pak, kan orang-orang bilang kalau capek melarat ya itu jamunya, setelah minum jamu ini pasti gak melarat lagi.
            “ Iya mas, emang gak melarat, tapi langsung ketemu malaikat”
“Bener kan Pak, setelah itu uda gak melarat lagi”
“ Ah, sampeyan itu mas ada-ada saja” jawab si bapak.

Akhirnya mereka berdua tertawa dan si bapak pun mulai sadar bahwa ia tidak boleh sering mengeluh lagi. 

Comments