Sore
ini aku berjalan-jalan di taman kota, mencari inspirasi untuk menulis sambil
memegang kamera, memotret moment-moment menarik yang disuguhkan oleh suasana
riuh ibu kota yang tak pernah sepi. Di tengah perjalanan aku bertemu dengan
seorang gadis manis berusia sekitar 10 tahun.Dengan wajah murung ia menutup
sebagian wajahnya dengan kerudung yang dikenakannya. Pelan-pelan ku sapa dia.
“Assalamualaikum,
adek?”
“
Waalaikumsalam, mbak”.
Aku
mencoba bertanya, kenapa di murung di pinggir jalan seperti ini, dengan nada
pelan ia menjawab pertanyaanku kalau ia baru saja kalah dalam seleksi lomba
lari akibat kecurangan temannya yang tidak melewati luar garis sehingga bisa
finish terlebih dahulu. Bertepatan dengan tibanya waktu shalat Ashar, aku
mengajaknya untuk pergi ke sebuah masjid di dekat lokasi aku bertemu dengannya.
Setelah shalat aku mengajaknya makan lontong sayur karena sepertinya dia lapar,
karena ia baru saja pulang seleksi.
“Habis
ini adek sibuk nggak?”
“Nggak
mbak”.
Alhamdulillah
ia mau ku ajak ke taman, mungkin saja bisa sedikit menghibur hatinya yang
tengah sedih. Aku ingin berbagi cerita dengannya. Cerita yang ingin aku bagikan
adalah cerita rakyat dari nusantara yang sarat akan nilai moral dan kearifan lokal.
“
Mbak, mau ngapain disini?”
‘’Pernah
mendengar cerita Cindelaras dek?”
“
Belum mbak, coba mbak ceritakan”.
Ia
antusias dengan cerita yang ingin aku bagikan dengannya, tanpa berlama-lama aku
mulai bercerita.
Dulu, ada sebuah
kerajaan yang namanya kerajaan Jenggala, namun sampai sekarang kerajaan itu
belum diketahui secara pasti letaknya. Ada yang mengatakan di Lamongan
berdasarkan prasasti Kembang Putih. Ada pula yang menunjukkan hubungan Sidoarjo dengan Jenggala,
seperti sebuah tulisan dari Kitab Negarakertagama
yang menceritakan perjalanan Hayam Wuruk untuk meninjau tiga daerah yang
berdekatan yaitu Jenggala, Surabaya dan Bawean. Adapun kalimat dalam kitab
tersebut adalah: Yen ring Jenggala ki sabha nrpati ring Curabhaya melulus
mare Buwun yang artinya jika raja berada di Jenggala, beliau pasti mengunjungi
Surabaya sebelum ke Bawean).
Tak
hanya itu pada masa
pemerintahan Mataram, wilayah Sidoarjo masih disebut Jenggala. contohnya
kawedanan di Sidoarjo diistilahkan Jenggala 1, Jenggala 2 dan seterusnya.
Dengan beberapa fakta di atas bisa dikatakan bahwa kraton Jenggala pada mulanya
ada di
wilayah Sidoarjo. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang Raja yang
bernama Raden Putra yang mempunyai dua orang istri. Keduanya adalah permaisuri
dan selir. Sang permaisuri memiliki wajah yang sangat cantik jelita dan juga
baik hati. Sang selir juga cantik tetapi kelakuannya sangat buruk. Ia iri
dengan sang permaisuri sehingga ia mempunyai niat buruk untuk mengeluarkan sang
permaisuri dari istana.
Ia
bekerjasama dengan tabib istana untuk mewujudkan niat jahatnya itu. Ia
berpura-pura sakit dan Raden Putra bertanya pada tabib istana mengenai penyakit
selirnya itu.
“
Tabib, apa yang terjadi dengan istriku?” tanya sang Raja.
“
Penyakit ini disebabkan racun yang dibubuhkan pada minuman istri Paduka” jawab tabib.
“Siapa
yang tega memberikan racun pada istriku”
“
Permaisuri paduka sendirilah yang melakukannya, sepertiya ia iri dan ingin
membunuh hamba agar kasih sayang paduka hanya kepadanya, dan kekuasaan kerajaan
jatuh ke tangannya” jawab sang selir.
Mendengar hasutan dari sang selir, Raden Putra pun
murka, tanpa berpikir panjang ia mengusir permaisuri dari kerajaan.
“Patih, cepat kau bawa permaisuri
ke hutan dan bunuh dia”.
“ Ada apa Paduka sampai hamba harus
membunuh permaisuri?’’tanya Patih Jenggala.
Akhirnya Paduka memjelaskan duduk
perkaranya, setelah itu sang Patih siap untuk menjalankan tugasnya. Saat itu
permaisuri tengah mengandung, ia pun terpaksa harus menerima perlakuan yang
tidak adil walaupun ia sama sekali tidak melakukannya. Permaisuri hanya bisa
menangis sepanjang perjalanan menuju hutan. Sang Patih adalah orang yang
bijaksana, ia berpikir bahwa permaisuri tak mungkin melakukan hal seburuk itu,
ia mengenal betul bagaimana permaisuri, ia adalah orang yang baik. Ini adalah
fitnah yang dituduhkan kepada permaisuri, hingga ia pun tak tega membunuh
permaisuri. Setelah sampai di tengah hutan semua rombongan yang mengantar
permaisuri berhenti dan permaisuri turun dari kereta kencananya. Selesai membuatkan
permaisuri gubuk di tengah hutan, ia memohon izin untuk mencari kelinci.
“Permaisuri, tunggulah disini
sebentar, aku akan mencari kelinci terlebih dahulu”
“ Untuk apa patih?” tanya
permaisuri.
Patih jenggala kemudian menangkap kelinci dan
menyembelihnya dengan keris pusaka miliknya, kemudian darah si kelinci
dibasuhnya pada selendang milik permaisuri.
“ Hamba akan menghadap Raden Putra dengan membawa selendang paduka
serta keris yang berlumur darah ini,selendang dan keris ini akan hamba jadikan
bukti bahwa hamba telah melaksanakan tugas dari Raden Putra”.
Terima kasih, Patih. Ujar sang Permaisuri. Setelah sang patih kembali ke istana permaisuri pun hidup
sendirian di tengah hutan belantara. Hari demi hari kandungannya pun makin
membesar dan ia pun melahirkan sendiri. Anak yang lahir itu diberi nama
Cindelaras.
Cindelaras tumbuh menjadi anak lelaki yang tampan wajahnya serta
kuat tubuhnya. Karena ibunya merupakan seorang permaisuri raja yang memiliki
pengetahuan tinggi, sejak kecil Cindelaras diajarkan berbagai ilmu pengetahuan
dan budi pekerti. Selain itu sejak kecil ia bergaul dengan berbagai hewan yang
ada di hutan belantara tersebut. Hewan-hewan itu senang bersama Cindelaras dan
menuruti semua perintahnya. Suatu hari ketika Cindelaras tengah bermain, seekor
burung Rajawali menjatuhkan sebutir telur di dekat Cindelaras.
Lalu, Cindelaras mengeramkan telur rajawali itu pada ayam hutan
betina yang menjadi sahabatnya. Tiga minggu kemudian telur itu menetas menjadi
ayam dan memiliki mata tajam dan perawakan yang kuat seperti rajawali.
Cindelaras merawat ayam itu dengan baik hingga menjadi ayam jago yang hebat dan
kuat. Tubuh ayam itu terlihat kuat dan kekar, paruhnya kokoh dan runcing
seperti paruh burung rajawali. Kedua kakinya memiliki kuku yang tajam dan
runcing seperti kuku rajawali. Suara kokoknya terdengar aneh dan mengherankan.
Kukuruyuk ... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah hutan
belantara, atapnya daun kelapa, ayahnya raden Putra raja jenggala.
Awalnya, ia sangat heran mendengar kokok ayam jantannya yang aneh
itu. Dia lantas bertanya kepada ibunya mengenai kokok ayam jantannya yang unik.
Permaisuri pun menjelaskan siapa sebenarnya mereka.
“ Ibu, kokok ayamku sangat unik, ia mengatakan Tuanku Cindelaras,
rumahnya di tengah hutan belantara, atapnya daun kelapa, ayahnya raden Putra
raja jenggala”.
“Putraku Cindelaras, yang dikatakan ayam jagomu itu memang benar.
Kamu adalah putra Raden Putra, ketika ibu mengandungmu ibu difitnah oleh selir
ayahmu hingga ia mengusir dan meyuruh Patih untuk membunuh ibu. Tapi Patih tahu
kalau ini adalah fitnah sehingga ia menyembelih kelinci dan menggunakan
darahnya bahwa ia telah membunuh ibu”.
Cindelaras kini tahu bahwa dia merupakan darah daging Raden Putra,raja
Jenggala. Dia juga telah tahu penyebab ibu dan dirinya diusir dari istana raja.
Dalam hatinya muncul niat untuk membuka keburukan selir yang merupakan ibu
tirinya yang telah membuat ia dan ibunya harus keluar dari istana. Cindelaras ingin
menghadap raja Raden Putra, dengan izin dan restu ibunya ia berangkat menuju
istana kerajaan Jenggala, tak lupa ia membawa ayam jago kesayangannya. Dalam
perjalanannya, Cinderalas bertemu dengan orang-orang yang sedang mengadu ayam
atau lebih dikenal dengan sabung ayam. Ketika mereka melihat Cindelaras membawa
ayam jago, mereka pun menantang Cindelaras untuk mengadu ayam jago.
“Hai anak muda, ayo adu jagomu disini”.
“Aku tidak mempunyai taruhan. Ucap Cindelaras.
“Taruhanmu adalah dirimu jika
ayam jagomu kalah engkau harus bekerja dan mengabdi kepadaku tanpa mendapatkan
upah. Sedangkan jika jagomu menang maka aku akan memberikan uang emas ini
untukmu” jawab salah seorang penyabung sambil mengacungkan kantong kain yang berisi uang
emas. Cindelaras awalnya ragu apakah ia harus menerima tawaran itu atau
menolaknya, namun ayam jagonya terus meronta-ronta seperti meminta Cindelaras untuk
menerima tantangan itu. Beberapa saat ia mempertimbangkan tawaran itu sambil
melihat jagonya yang terus meronta dan akhirnya ia memutuskan untuk menerima
tawaran tersebut. Lalu Cindelaras memasuki area pertandingan.
“ Kau siap dengan pertandingan ini anak muda?”
“ Aku siap”. Jawab Cindelaras.
Kedua ayam jago itu pun lantas diadu. Hanya dalam beberapa gebrakan
saja ayam jago Cindelaras berhasil mengalahkan musuh-musuhnya. Melihat ayam
pertama kalah hanya dengan beberapa gebrakan saja, membuat para penyabung
lainnya tertarik untuk mengadu ayamnya dengan ayam jago Cindelaras. Satu demi
satu ayam jago yang diadu dengan ayam jago milik Cindelaras pun bertumbangan
semua. Rata-rata mereka hanya sanggup beberapa gebrakan saja dan akhirnya
terkeok-keok melarikan diri. Cindelaras mendapatkan banyak uang dan perhiasan
karena kemenangan ayam jagonya itu.
Ia pun melanjutkan perjalanan menuju kerajaan Jenggala, dan di
tengah perjalanan ia memutuskan untuk istirahat sebentar duduk di sebuah gubuk
sambil berbicara dan mengusap kepala ayam jago kesayangannya itu.
“ Kau memang teman terbaikku, teruslah menjadi sahabatku” kata Cindelaras. Setelah melepas lelah ia kembali melanjutkan
perjalanan menuju kerajaan Jenggala.
Para penyabung ayam
benar-benar terperangah dengan keperkasaan ayam jago Cindelaras, hingga berita
perihal kehebatan ayam jagonya pun segera menyebar ke seluruh penjuru kerajaan.
Banyak penyabung dari berbagai daerah menemui Cindelaras untuk mengadu ayam.
“ Cindelaras, aku ingin mengadu ayam jagoku dengan ayam jagomu,
kata orang-orang jagomu tak terkalahkan selama ini” tantang salah seorang penyabung.
“ Silahkan kisana, kalau anda ingin mencobanya”. Jawab Cindelaras.
Namun ayam jago Cindelaras benar-benar luar biasa, semua bisa
dikalahkan dalam beberapa gebrakan pertarungan saja. Belum ada satupun jago
yang bisa mengalahkan ayam jago Cindelaras. Tampaknya hanya ayam jago milik
Gusti Prabu Raden Putra saja yang dapat menandingi keperkasaan ayam jago milik
anak ini. Kata salah seorang penyabung.
Sama halnya dengan ayam jago milik anak ini, ayam jago milik gusti
prabu pun tidak pernah terkalahkan. Beberapa orang penyabung membicarakan
antara ayam jago Cindelaras dan ayam jago Raden Putra.
“ Sepertinya hanya ayam jago Gusti Prabu Raden Putra yang bisa
mengalahkan ayam jago Cindelaras”.
“ Iya, ayam jago kita tak ada yang sanggup mengalahkannya”.
“Pertarungan kedua ayam ini pasti sangat seru”.
Raden Putra akhirnya mendengar kehebatan ayam jago milik
Cindelaras. Sang raja sangat penasaran dengan berita yang akhir-akhir ini
didengarnya. Dia benar-benar ingin mencoba mengadukan ayam jago miliknya dengan
ayam jago milik Cindelaras yang katanya tidak pernah terkalahkan itu. Untuk
mewujudkan keinginannya itu, dia meminta prajurit istana mencari dan memanggil
Cindelaras.
“ Prajurit, apakah benar berita yang akhir-akhir ini ku dengar?” Tanya
sang raja.
“ Berita apa Gusti Prabu”.
“ Berita tentang kehebatan ayam jago salah seorang anak muda yang
tak terkalahkan”.
“ Benar Gusti Prabu”. Jawab
prajurit.
Akhirnya prajurit pun pergi mencari Cindelaras. Setelah beberapa
saat mencari akhirnya ia menemukan Cindelaras. Setelah diberitahu bahwa sang
raja ingin bertemu Cindelaras akhirnya ia datang dan langsung menghadap Raden
Putra.
“Prajurit, dimana saya harus menemui raja?”
“ Ikuti aku, akan ku tunjukkan tempatnya”. Jawab prajurit.
Meski dia mengetahui sosok dihadapannya adalah ayah kandungnya,
namun Cindelaras bersikap seperti rakyat biasa menghadap raja. Dia duduk bersila
setelah menghaturkan sembah,ayam jagonya pun ikut bersila disampingnya. Sangat
mengherankan, selama Cindelaras menghadap Prabu Raden Putra, ayam jago itu
tidak berkokok sedikitpun.
“Namamu Cindelaras?” Tanya Prabu Raden Putra.
“Benar gusti prabu”.
“Kudengar engkau memiliki ayam jago yang hebat, apakah engkau
berani mengadu ayam jagomu dengan ayam jago milikku?”. “Hamba siap Gusti Prabu”.
“Kalau begitu apa
taruhanmu?”.
Cindelaras sejenak berpikir sebelum akhirnya memberikan jawaban. Hamba hanya memiliki selembar nyawa jika ayam jago hamba kalah,
maka hamba serahkan nyawa hamba kepada Gusti Prabu. Namun jika ayam jago hamba
menang, maka hamba meminta separuh dari kerajaan Jenggala.
Baik. Raden Putra menyatakan kesediannya. Bersiap-siaplah untuk menyerahkan
nyawamu. Lehermu akan dipenggal algojo kerajaan setelah ayam jagomu kalah.
Sambil menunggu pertandingan dimulai alun-alun istana segera disiapkan untuk
menjadi arena pertarungan dua jago milik Cindelaras dan Raden Putra. Berbondong-bondong
orang datang ke alun-alun untuk menyaksikan peristiwa itu. Beberapa petarung
juga datang untuk meramaikan acara itu, sebagian dari mereka menjagokan ayam
milik Cindelaras dan sebagian lagi menjagokan ayam milik Raden Putra. Ketika
telah dihadapkan, jago milik Cindelaras kalah besar dan kalah kekar jika
dibandingkan dengan jago milik Raden Putra.
Namun jago Cindelaras sama sekali tidak menunjukan ketakutannya,
bahkan sudah tidak sabar ingin segera bertarung. Diiringi sorak sorai penonton,
kedua ayam jago itu pun memulai pertarungannya. Tendangan kaki dan patukan
paruh ayam Cindelaras begitu kuat sehingga ayam jago milik Raden Putra
kewalahan. Pertarungan berlangsung cukup lama, namun semakin lama terlihat
bahwa ayam jago milik Cindelaras makin menguasai keadaan. Beberapa saat
kemudian ayam jago milik Raden Putra pun kalah. Sebagian penonton yang
menjagokan ayam jago Cindelaras bersorak sorai gembira. Raden Putra sangat
terkejut melihat ayam jago kesayangannya kalah dan kabur dari arena
pertandingan.
Raden Putra harus menepati janjinya yaitu membagi separuh wilayah
kekuasaannya untuk Cindelaras karena ayam jagonya kalah dari ayam jago
Cindelaras dan ia pun mengatakan bahwa sebagian wilayah kerajaan Jenggala kini menjadi
milik Cindelaras dan tiba-tiba ayam jago milik Cindelaras berkokok keras.
Kukuruyuk ... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah hutan
belantara, atapnya daun kelapa, ayahnya raden putra raja jenggala. Raden Putra sangat terkejut mendengar kokok ayam Cindelaras itu. Ia
memperhatikan dengan cermat sosok Cindelaras yang berdiri dengan sikap hormat
dan gagah. Raden Putra pun bertanya kepada Cindelaras.
”Cindelaras apakah benar yang dikatakan ayam jagomu itu?” Tanya Raden Putra.
“Benar gusti prabu, hamba adalah putra gusti prabu dan ibu hamba
adalah permaisuri gusti prabu yang saat ini tinggal di hutan”.Raden Putra bingung karena dulu ia sudah menyuruh patih untuk
membunuh permaisuri. Melihat sang raja terlihat bingung, patih jenggala segera
menghampiri sang raja. Patih Jenggala kemudian menjelaskan perihal kejadian
yang sesungguhnya, ia tidak jadi membunuh sang permaisuri karena mengetahui
bahwa permaisuri tidak bersalah melainkan difitnah orang lain.
“Fitnah? Siapa yang memfitnahnya?
Tanya sang Raja.
“ Fitnah dari selir baginda yang bekerjasama dengan tabib istana”. Jawab Patih Jenggala.
Akhirnya sang selir dan tabib istana pun dipanggil oleh Raden
Putra. Keduanya tidak dapat mengelak bukti-bukti kejahatan mereka ditunjukkan.
Raden Putra memberi hukuman berat, keduanya diasingkan ke hutan. Raja Raden
Putra langsung memeluk Cindelaras dan meminta maaf. Raja Jenggala itu segera
memerintahkan para pengawalnya untuk menjemput permaisuri.
“Pengawal aku perintahkan kalian untuk menjemput permaisuri di
hutan”.
“Baik Gusti Prabu”.
Setelah permaisuri tiba di istana Raden Putra langsung menyambutnya.
Ia meminta maaf karena telah mengusirnya tanpa melihat bukti-bukti terlebih
dahulu. Akhirnya Permaisuri hidup bahagia bersama suami dan anaknya Cindelaras
di istana Jenggala.
“ Ceritanya menarik ya kak” kata adik itu.
“Iya, belajar dari cerita itu adik gak boleh menyerah harus tetap
semangat, kebenaran pasti akan muncul tepat pada waktunya”.
Comments
Post a Comment