Capek, lelah.
Aku ingin lari dari semuanyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…….
Lega
rasanya bisa berteriak sekencang itu. Rasa lelah yang selama ini ku rasakan
sebagai seorang pengagum rahasia akhirnya bisa sedikit hilang. Menjadi seorang pengagum
rahasia ternyata sangat menyiksa. Susahnya menjadi seorang pengagum rahasia hanya
bisa jatuh cinta sendirian dan hanya berani memandang dari jauh. Yah bisa
apalagi coba. Sedih kan, jatuh cinta sendirian, dirasain sendiri, seneng
sendiri sedih sendiri. Apalagi kalau liat orang yang disuka malah jatuh cinta
kepada orang lain. Rasanya pengen nyebur kali aja. Aku tak tahu sampai kapan
kisah ini berakhir. Tak sedikit orang yang apabila disukai seseorang pasti
sedikit banyak akan merasa. Entah dari mata, tingkah laku dsb. Tapi yang paling
mudah dilihat adalah melalui mata. Mata tak akan pernah bisa berbohong. Aku tak
tahu perasaan ini hanya aku yang kepedean atau apa. Aku merasa ada orang di
sekitarku yang menaruh hati padaku. Ada yang berbeda dengan tatapan matanya.
Diam-diam
aku menjadi pengagum rahasianya. Yang namanya pengagum rahasia hanya bisa
mencintai dia dalam diam dan mendo’akannya saja. Aku kesal bila ia suka padaku kenapa ia malah
mendekati pada orang lain. Predikat jones semakin sesuai saja gumamku dalam
hati. Kalau dia seperti itu berarti dia gak suka aku, kalau suka ngapain kaya
gitu. Aduh semakin kacau saja pikiranku.
Yah
sudahlah kalau memang takdirnya harus begitu. Meski sudah mengibarkan bendera
putih namun masih tetap saja hati tak bisa dibohongi. Beberapa kali aku
mengagumi seseorang dan ketika tahu ia sudah punya pacar atau menyukai orang
lain, rasa itu hilang dengan sendirinya. Aku sudah sadar dari gelagatnya saja
bisa diihat bahwa ia menyukai orang lain. Tapi kenapa aku masih saja terus
setia menjadi pengagum rahasianya. Waktu terus berlalu dengan cepat. Tak ada
perubahan atau kemajuan antara aku dan dia. Tetap statis tak bergerak sedikit
pun. Ku tumpahkan segala keluh kesahku lewat berbicara dengan rumput-rumput dan
ilalang yang menari dengan riangnya. Andai saja dia tahu aku suka padanya pasti
aku senang sekali.
Tanpa
ku sadari ternyata ia juga diam-diam menjadi pengagum rahasiaku.
Memperhatikanku dari jauh adalah kebiasaannya, sama seperti aku. Mungkin dia
hanya sekedar kagum saja hingga tetap tak pernah berbicara padaku. Pernah sih
tai hanya beberapa kali saja. Ternyata ada satu hal yang membuatku merasa
menjadi wanita yang bahagia. Ia merasa iri dengan beberapa orang temannya yang
berbicara kepadaku. Ia ingin sekali bisa ngobrol atau bergurau bersama denganku
seperti beberapa orang temannya. Kenapa tidak langsung ngobrol saja kalau
memang ingin bicara, mengapa malah harus berbicara dan bergurau dengan orang
lain.
Ada
yang bilang hati tak bisa diukur kedalamannya. Yah, hal itu memang benar aku
juga tak tahu apa yang ada dalam isi hatinya. Orang pendiam memang kadang agak
sulit untuk memulai pembicaraan. Begitu juga denganku. Melihat dia terus
terusan mendekati orang lain sedangkan aku hanya diperhatikannya dari jauh
membuatku mengibarkan bendera putih untuk ke sekian kalinya. Kali ini aku
memang benar-benar menyerah. Sebisa mungkin aku mengilangkan rasa suka padanya.
Tapi aku tak sanggup. Semakin dihilangkan semakin kuat rasa itu menancap.
Untung saja tak ada yang tahu kalau aku suka padanya. Aku semakin tak tahan
dengan semua rasa ini. Ku putuskan untuk tetap diam seribu bahasa bila bertemu.
Sangat jelas di ingatanku kalau dia hanya tiga kali menyapaku. Selebihnya aku
menunduk agar dia tidak menyapaku karena malu. Ku rasa dia juga seperti itu.
Dalam
setiap do’aku tak pernah ku lupakan untuk berdo’a agar aku segera lupa
dengannya.
“Raihan, dimana Anna?” Tanya Rio
“Ciyeee,, kamu mau ngapain cari
Anna?” ledek Raihan.
“Gak papa kok tumben gak
kelihatan” jawab Rio sedikit gugup.
Beberapa
hari ini aku sering menemukan tulisan I love you dalam bungkus permen. Aku
membayangkan seandainya wanita bisa bilang duluan. Sebenarnya bisa saja sih,
tapi disini masih tabu. Ya sudahlah, akhirnya bendera putih pun semakin jelas
akan berkibar di ujung perjuanganku. Ku ikhlaskan perjuanganku berhenti disini
dan tak akan ku lanjutkan. Aku merenung di samping danau di dekat rumah.
Beberapa orang di pinggir danau menghiasi suasana sore itu.
Rio
menyukaiku sejak lama namun ia takut untuk mendekat padaku. Katanya aku cuek
dan pendiam. Sungkan rasanya dia ketika akan mendekatiku. Ia mendekati orang
lain karena ingin menarik perhatianku. Orang yang ia dekati adalah
teman-temanku agar dia bisa lebih banyak tahu tentangku dan paling tidak dapat
berbicara denganku. Meskipun mendekati beberapa perempuan namun ia bukan tipe
orang yang suka memberi harapan palsu. Hanya sekedar mendekat saja. Ketika dia
merasa aku semakin menjauh dan tujuannya tidak tercapai dia memberanikan diri
untuk mengungkapkan perasaannya padaku.
Disaat suasana
semakin sepi aku berteriak di tepi danau agar lega hatiku.
“Aku benci kamu,
kamu jahaaaaaat” suaraku menggema di angkasa raya.
Tiba-tiba ada
suara di belakangku. Ada lima kata yang orang tersebut teriakkan. Dua kata
awal, suara orang tersebut nadanya sangat keras, dan dibelakangnya lebih halus
meskipun masih terdengar agak keras.
Hei kamu, aku cinta kamu……..
Aku takut ketika
dua kata pertama diteriakkan. Siapa yang tidak takut dan kaget, aku mengira itu
adalah orang yang marah karena aku berteriak. Tapi tiga kata setelahnya membuat
siapapun pasti melting ketika mendengar kata itu. Langsung aku menoleh ke
belakang dan detak jantungku berdetak kencang lebih dari 100km per jam. Kakiku
lemas hampir tak bisa digerakkan. Rio tersenyum sangat manis sekali. Perlahan,
kakinya berjalan mendekat ke arahku.
“Anna, siapa
yang jahat?” Tanya ia .
Aku hanya diam
tanpa sepatah kata pun. Ia terus mengajakku bicara agar aku mau berbicara juga
padanya. Dia tak memaksaku untuk memberi jawaban sekarang. Aku tak menyangka
karena ternyata dia juga penggemar rahasiaku yang akhirnya menunjukkan jati
dirinya yang sebenarnya.
Comments
Post a Comment