CHARACTER
Pada
chapter sebelumnya plot berbeda dengan karakter, seolah-olah dua kesatuan yang
dipisah. Sebenarnya seperti bagian papan jungkat-jungkit, keduanya adalah isi
yang dimana satu tidak akan bisa pindah tanpa diikuti perpindahan yang lain.
Membaca karakter lebih sulit dari pada membaca plot. Karakter lebih kompleks,
bermacam-macam dan ambigu. Siapapun bisa mengulang atau menceritakan kembali
apa yang dilakukan seseorang dalam sebuah cerita tetapi skill/keterampilan
sangat mungkin sekali dibutuhkan untuk mendeskripsikan bagaimana seseorang itu.
Maka jalan keluarnya,cerita khayalan cenderung menekankan alur/plot dan untuk
menunjukkan karakter yang relative sederhana dan mudah untuk dimengerti.
Para
pembaca yang pengetahuannya terbatas juga menuntut tokoh utama untuk selalu
menjadi seorang yang paling menarik. Jika karakter utamanya laki-laki, dia
tidak perlu sempurna tetapi biasanya pada dasarnya harus sopan,jujur, baik hati
dan terutama enak dipandang. Pembaca yang membuat tuntutan-tuntutan seperti itu
karena bagi mereka sebuah cerita bukan sarana untuk pemahaman tetapi sebagai
bahan lamunan.
Pengarang
mungkin menunjukkan karakter-karakter mereka secara langsung ataupun tidak
langsung. Pada perkenalan secara langsung bercerita kepada kita secara terus
terang dengan gagasan terperinci atau analisis tentang apa yang tokoh sukai
atau dalam cerita ada orang lain yang menceritakan kita apa yang mereka suka.
Dalam perkenalan tidak langsung pengarang menunjukkan kepada kita tentang
karakter-karakter mereka dalam aksinya. Kita menduga atau mengambil kesimpulan
tentang apa yang mereka suka dari apa yang mereka pikir, katakana atau yang
mereka lakukan.
Cara perkenalan langsung, lebih dari
itu kecuali jika didukung oleh cara perkenalan tidak langsung, tidak akan
meyakinkan secara emosional. Sebuah cerita yang sukses adalah ketika
karakter-karakternya didramatisir, diperlihatkan melalui pembicaraan dan acting
seperti yang ada dalam sebuah drama. Ketika
sangat meyakinkan, penokohan juga memperhatikan tiga prinsip lainnya. Pertama,
tokoh harus konsisten dengan perilakunya. Kedua, tokoh harus menunjukkan dengan
jelas motivasi mereka dengan apa yang dilakukan. Ketiga, tokoh harus masuk
akal.
Syarat untuk menjadi cerita fiksi
yang bagus adalah semua tokoh mempunyai ciri-ciri yang cukup untuk memberikan
peran dalam cerita dan meyakinkan mereka(pembaca). Pentingnya sifat-sifat dasar
dan motivasi dari protagonist bisa jadi samar-samar mengindikasikan bahwa kita
terkejut atau yakin dengan semua aksi luar biasa yang dia tanpilkan atau
aksi-aksi natural yang dia lakukan. Sebenarnya, kita tidak harus mengembangkan
tokoh-tokoh semua potongan-potongan dari cerita fiksi. Dalam sebuah cerita
pendek tidak selalu ada ruang yang lebih dari satu. Untuk bisa meyakinkan,
sebuah perubahan harus meliputi tiga kondisi: (1) harus bisa menjadi berbagai
kemungkinan dari apa yang dibuat oleh tokoh,(2) Harus cukup memotivasi keadaan
sekitar di tempat tokoh berada dan (3) harus memberikan waktu yang cukup untuk
mengubah jarak yang masuk akal untuk mengambil tempat.
Comments
Post a Comment