Mutiara Cinta Kepompong

Mutiara Cinta Kepompong

Menurut UU RI No.  20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, Pendidikan adalah  usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan  proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu jalan dimana kita bisa mengembangkan potensi adalah melalui pendidikan. Potensi tak hanya pada akademik saja namun spiritual,akhlak dan pengendalian diri pun potensi. Semua potensi itu memerlukan ilmu untuk memaksimalkannya. Ketika potensi-potensi itu bisa dimaksimalkan besar kemungkinan dunia ini akan damai karena semua orang menyadari setiap orang mempunyai potensi,maka tak ada saling merendahkan, saling menjatuhkan dsb.
Menyadari betapa pentingnya pendidikan, inovasi sangat dibutuhkan agar pendidikan menjadi suatu hal yang menarik dan setiap orang ingin masuk kedalamnya. Pendidikan selalu berhubungan dengan ilmu, banyak hal menarik yang bisa kita pelajari dari ilmu. Segala sesuatu membutuhkan ilmu seperti minum, jangan minum sambil berdiri tidak baik untuk kesehatan. Kalau kita tidak tahu ilmu tersebut minum sambil berdiri tetap dilakukan. Setelah kita tahu tidak baik untuk kesehatan kita pasti penasaran tidak baiknya karena apa, otomatis kita akan mencari tahu. Minum sambil berdiri menyebabkan kerusakan pada ginjal,selain itu orang yang minum sambil berdiri pun tak enak dipandang. Dari situ kita sudah mendapat 2 ilmu yaitu secara medis dan budaya. Setelah kita tahu penyebabnya berarti kita sudah memaksialkan potensi kita dalam bidang akhlak dan akademik.
Belajar tidak harus di dalam kelas dengan seseorang yang berpakaian rapi dan mempunyai banyak gelar atau yang disebut guru atau dosen. Belajar bisa dimana saja dan dari siapa saja, Kita bisa belajar dari seorang tukang sapu jalanan bagaimana menyapu yang benar dan menghadapi orang yang lalu lalang melewati tempat yang kita sapu. Hal itu lumrah karena kita menyapu tempat umum bukan tempat kita sendiri. Bagaimana cara kita menghadapinya, kita bisa belajar pada tukang sapu jalanan tersebut. Ada lagi tambahan ilmu yang kita dapat. Memang belum tentu seorang sarjana lebih baik dan lebih sukses dari seorang lulusan SMP, tapi itulah tahap yang harus dilewati seseorang dalam mencari ilmu di bidang akademik yang selama ini dianggap masyarakat resmi. Belajar di dalam kelas memang perlu karena disitu kita juga mendapat ilmu yaitu teori lalu teori itu bisa kita terapkan di dalam bermasyarakat. Semua ilmu tak ada yang sia-sia selama kita bisa memaksimalkan dan menerapkannya dengan baik.
Mengenai jangkauan, seberapa jauh kita bisa melangkah dengan ilmu dan pendidikan yang kita punya. Keluar dari zona nyaman memang membuat kita lebih berani melangkah dan melakukan sesuatu yang sebelumnya tak mungkin kita lakukan,tapi ingat harus sesuatu yang baik. Misalnya kita berada di negeri orang, kita tak mungkin menggunakan bahasa negara kita dengan orang yang bukan berasal dari negara yang sama dengan kita. Otomatis kita harus bisa bahasa dimana kita tinggal atau paling tidak berbahasa Inggris, karena bahasa internasional. Kita yang sebelumnya tak bisa atau tak lancar berbahasa Inggris akan berusaha dengan keras agar kita tak dibohongi atau tersesat di negeri orang. Kita seperti itu karena terpaksa, apakah benar itu karena terpaksa? Iya, karena kalau kita tetap di negeri sendiri apakah kita akan berusaha keras untuk belajar bahasa Inggris atau bahasa negara yang akan kita tuju, sepertinya tidak. Kita memaksa diri kita untuk memahami bahasa dan otomatis kita akan berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan itu akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasan itu akan menyebabkan kita menjadi suka atau cinta terhadap sesuatu. Kalau sudah cinta pasti tidak akan merasa keberatan melakukan suatu hal kebaikan yang sebelumnya terasa sangat berat.
Sekarang ini pemerintah sedang gencar-gencarnya menanamkan pendidikan karakter. Karakter memang tak bisa dipisahkan dengan manusia, karena melalui karakter itu sikap akan terbentuk. Ini merupakan inovasi baru dalam dunia pendidikan karena karakter seseorang akan dibentuk untuk menjadi lebih baik. Karakter sangat dibutuhkan karena melalui karakter itulah yang menjadi ciri khas atau identitas kita. Misalnya menjadi seorang penulis, banyak yang bisa menulis tapi menjadi penulis yang berkarakter tak banyak yang bisa. Ramah sudah menjadi ciri khas orang Indonesia di dunia, orang-orang di dunia sudah mengenal ciri khas orang Indonesia yang satu ini. Ramah ini juga merupakan implementasi dari pendidikan karakter, karena ramah sudah ada sejak zaman nenek moyang sebelum pemerintah menerapkan pendidikan karakter seperti sekarang ini, berarti ramah adalah pendidikan karakter yang sudah diajarkan oleh nenek moyang.
Untuk menjadi lebih baik membutuhkan proses, tak bisa sekejap langsung jadi. Seperti kepompong yang harus menutup dirinya untuk beberapa waktu dan berubah indah menjadi kupu-kupu. Dalam berproses itu kita akan banyak menemui banyak hambatan yang akan mengajarkan kita banyak hal untuk menjadi lebih baik dan lebih tangguh. Belajar dari segala hal dan dari siapa saja adalah hal berharga yang tak boleh kita lewatkan, karena siapapun bisa mengajarkan hal baik kepada kita asal kita bisa memilah milih hal baik yang akan kita tiru. Keluar dari zona nyaman juga akan mengajarkan kita pentingnya usaha untuk mencapai kesuksesan. Cinta dan karakter akan membantu kita melakukan suatu kebaikan tanpa ada rasa terpaksa. Inovasi-inovasi itulah yang akan membantu mewujudkan perdamaian dunia. Negara-negara di dunia baik secara regional maupun global akan damai jika memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakatnya.























Comments