Cahaya Ikan Asin
Mungkin
bagi sebagian orang, ikan asin hanyalah makanan orang-orang kampung dan kurang
menarik karena rasa yang ditawarkan hanyalah rasa asin seperti namanya.
Sebetulnya ikan asin adalah ikan pirik yang diawetkan dengan cara diasinkan lalu
dijemur, karena rasanya yang cenderung asin maka disebut dengan ikan asin.
Sensasi rasa asin yang disuguhkan oleh ikan pirik bercampur rasa gurih sehingga
menurut sebagian orang ikan asin mempunyai rasa yang unik. Bagi Reza, ikan asin
adalah makanan terlezat di dunia apalagi bila ikan asin dihidangkan dengan
sambal terasi dan kangkung. Tak hanya itu ikan asin membawa hoki tersendiri
buatnya, karena dengan izin tuhan melalui perantara ikan asin ia bisa mencetak
sejarah di negeri yang terkenal dengan pizzanya dan disebut sebagai Leonardo
Davincinya Indonesia. Yah, Leonardo Davinci adalah pelukis yang terkenal dengan
lukisan monalisanya.
Peristiwa
tak terlupakan ini terjadi ketika Reza berusia 18 tahun, ia menemukan sebuah koran
yang lusuh di pinggir jalan. Ia tak lantas membuangnya begitu saja tetapi
membacanya dan pada halaman terakhir ia menemukan sebuah pengumuman lomba
melukis di Italia.. Dengan membawa koran itu, ia berjalan pelan menyusuri
setiap jalan di desanya menuju rumah kecil tempat tinggalnya. Keesokan harinya
ketika fajar mulai menyingsing ia bergegas pergi ke pasar untuk berjualan ikan
asin membantu meringankan beban bapaknya yang sudah berumur 50 tahun. Sepanjang
perjalanan ia ditemani suara desiran ombak, maklumlah namanya juga daerah
pesisir pasti tak asing lagi dengan yang namanya pantai atau laut. Sepulang
dari pasar, ia langsung pulang ke rumah bersiap-siap menjemur ikan asin. Setelah
lulus SMA ia tak langsung melanjutkan kuliah karena tak ada biaya, dalam bidang
akademik pun ia tak terlalu pandai, sehingga kemungkinan mendapat beasiswa pun
kecil, tapi ia mempunyai kelebihan lain yaitu melukis dan rajin. Bakat melukisnya
ia warisi dari sang bapak.
Ia
ingin keluar dari kemiskinan yang mendera keluarganya selama ini, akhirnya ia
memutuskan untuk menjadi TKI di luar negeri meskipun awalnya sang bapak tak
memperbolehkannya berangkat ke luar negeri. Namun, dengan segala upaya
meyakinkan sang bapak akhirnya restu pun didapat.
“
Pak, izinkan saya berangkat ke luar negeri, saya ingin membahagiakan bapak,
Reza akan mencari uang disana untuk bapak dan Fahmi Pak”.
“
Nak, hujan batu di negeri sendiri lebih baik dari pada hujan emas di negeri
orang, bapak sudah bahagia kamu disini, tapi jika kamu memaksa, bapak tak bisa
berbuat-buat apa-apa”.
Setelah
itu, ia berangkat menjadi TKI di Italia, Alhamdulillah puji syukur ia panjatkan
pada Allah SWT yang memberinya majikan baik hati, tidak pelit dan sabar.“terima
kasih ya Allah” gumamnya dalam hati, bahkan sang majikan bersedia mendaftarkannya
masuk ke sebuah perguruan tingi di Italia karena melihat kesungguhan dan optimisme
yang dimiliki Reza. Reza berpikir ini
adalah kesempatan yang bagus dan ia harus bisa memanfaatkannya dengan baik,
dalam hatinya ia boleh berangkat jadi TKI tapi pulang harus menjadi sarjana,
apalagi belajar di Italia sepertinya keren. Mungkin ini garis yang sudah tuhan
takdirkan untuknya, salah seorang temannya menemukan buku Reza tertinggal di
kelas dan melihat sebuah kertas terselip bergambar ikan asin.
“Reza
is it yours?” tanya salah seorang temannya.
“
Yes, thank you so much”.
Ketika ada
pengumuman lomba melukis ia didaftarkan oleh temannya tanpa sepengetahuan Reza.
Ia sangat terkejut ketika mendengar itu, tapi ia merasa sangat senang dan
bersyukur. Tak lupa ia meminta do’a restu dari ayah dan adiknya di Indonesia
serta sang majikan yang membantunya selama ini.
“
Assalamualaikum ayah, Reza minta do’anya mudah-mudahan bisa memperoleh hasil
terbaik”.
“
Amin, teruslah berjuang nak, ayah dan adikmu akan selalu mendo’akanmu”.
Setelah
sampai di tempat lomba ia langsung mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena
anak pesisir dari kampung kecil bisa membuat jejak di negara yang terkenal
dengan pizzanya itu. Ketika lomba dimulai dengan cekatan ia segera
mengekspresikan idenya, berjibaku dengan cat dan menggoreskannya di atas kanvas
yang membentuk lukisan sangat unik. Ia menggambar 7 ekor ikan asin yang dijemur
oleh seorang bapak tua di pingir pantai. Di luar dugaannya ia menjadi juara
dalam event tersebut yang ia impikan beberapa tahun lalu.
“The
winner is Reza Muhammad from Indonesia”.
Ketika ditanya oleh
seorang wartawan yang meliput acara tersebut, mengapa ia menggambar ikan asin,
ia menjawab karena melalui ikan asin itulah ia dan keluarganya bisa bertahan
hidup. Tak perlu jauh-jauh ia mencari ide, karena dari lingkungan sekitar
banyak sekali yang bisa dijadikan inspirasi, melalui ikan asin itulah ia
mendapat cahaya untuk bertahan melewati kerasnya hidup. Ikan asin itu bagaikan
sebuah cahaya yang membuat jiwa optimismenya terus tertanam melihat masa depan
bahwa semua orang bisa meraih impiannya. Setelah ia menyelesaikan pendidikan S1 nya di Italia
ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia mememani sang ayah dan adiknya. Dengan
ilmu, pengalaman serta materi yang ia dapatkan di luar negeri akhirnya bisa
mengangkat derajat keluarganya dan membantu orang-orang disekelilingnya.
Comments
Post a Comment