Pinus dan Jati



                           
Pinus dan Jati
            Kegelisahan Pinus dan jati semakin menjadi karena tempat tinggal mereka akan digusur menjadi sebuah perkebunan kelapa sawit. Tempat yang menjadi tempat berteduh sejak mereka kecil itu akan berubah dari yang dulunya sangat hijau, rimbun dan jauh dari keramaian itu akan menjadi panas dan dipenuhi tangan-tangan pekerja perkebunan.
            ‘’ Pinus, bagaimana ini tempat tinggal kita akan ?.
            ‘’ Aku juga bingung Jati, tempat ini penuh dengan kenangan, orang tua kita sudah roboh karena usia mereka yang tak sanggup lagi menahan batang mereka untuk tetap berdiri kokoh’’.
            Suasana berubah menjadi sedikit hening saat Pinus dan Jati sama-sama terdiam memikirkan nasib tempat yang kini menjadi tempat mereka berteduh. Kadang, para penghuni hutan sudah cukup direpotkan dengan kedatangan beberapa pemburu yang ingin mendapatkan hewan buruan disana, sekarang merek lebih terbebani lagi dengan kabar akan dibakarnya kawasan hutan itu.
            ‘’ Jati, kita istirahat dulu saja nanti kita pikirkan jalan terbaiknya seperti apa’’.
            ‘’ Oke, Pinus’’.
Ketika mentari muncul dari peraduannya terdengar suara hentakan sepatu yang membangunkan seluruh penghuni hutan.
‘’ Nyet, suara apa itu?’’ Tanya gajah pada monyet.
‘’ Aku juga tidak tahu Jah, sepertinya itu suara sepatu’’.
‘’ Yang bener Nyet, jangan-jangan suara sepatu pemburu’’ dengan penuh tanya .
‘’ Jangan sok tahu kamu Jah, nakut-nakutin aja’’.
Gajah dan Monyet terus membicarakan suara yang mereka dengar tadi, mereka berusaha mencari tahu suara apakah tadi.  Monyet yang lapar pergi mencari pisang, dan di tengah-tengah perjalanan ia sempat melihat seseorang yang lagaknya seperti seorang pemburu, yakni seorang laki-laki dengan sepatu boot berbaju rapi seperti seorang polisi.
Dalam hati si monyet, ia bertanya-tanya siapakah lelaki tadi, apakah pemburu atau siapa, dan ia pun segera kembali untuk memberitahu gajah. Ternyata, tak hanya monyet saja yang melihat lelaki bersepatu itu tadi. Banyak penghuni hutan lainnya yang melihat lalu melaporkannya pada sang Raja hutan, yaitu singa.
Sang raja hutan juga bingung, apa yang harus ia perbuat. Keesokan harinya datanglah dua orang berseragam coklat lengkap dengan sepatu dan topi. Para penghuni menganggap itu adalah sosok yang kemarin mereka lihat, tapi ternyata dua sosok tersebut adalah anak pramuka yang tersesat. Mereka berdua adalah Doni dan Dono. Sudah 1 minggu ini mereka tersesat di hutan karena terpisah dengan regu mereka ketika penjelajahan. Teman-teman dan Pembina mencari mereka, tetapi tak kunjung bertemu. Sang raja hutan yang mereka berdua, ingin memangsa mereka karena dianggap akan membahayakan hutan.
‘’ Raja hutan, tolong jangan mangsa kami, kami tak akan mengganggu ataupun merusak hutan’’ ungkap Doni dengan nada ketakutan.
‘’ Siapa kalian?’’ Tanya raja hutan  bernada geram.
‘’ Kami anak pramuka, kami tersesat, tolong jangan makan kami raja hutan’’.
‘’Aku sering mendengar kata pramuka, dan aku lihat mereka peduli dengan alam, maka dari itu akan kubebaskan kalian’’.
‘’ Terima kasih raja hutan’’. Jawab Dono.
Beberapa hari hidup di hutan, membuat Doni dan Dono semakin menghargai alam. Di tengah suasana santai raja hutan bercerita kepada Doni dan Dono mengenai hutan yang akan menjadi perkebunan dan ditemani api unggun di tengah sepinya malam. Mereka berdua berusaha mencari cara agar hutan tetap hijau dan tak dirusak oleh tangan-tangan kotor yang akan menggunduli hutan.
Besok adalah hari dimana hutan akan ditebangi mereka semua, para penghuni hutan bersiap dengan segala cara untuk saving  jungle. Tanpa sepengetahuan para penghuni hutan, beberapa bagian hutan sudah ditebang dan beberapa hewan sudah banyak yang turun ke perkampungan. Untuk memastikan hal itu Doni dan Dono pergi ke perkampungan untuk melihat seberapa banyak hewan yang sudah turun ke desa. Mereka berdua melihat orang utan yang akan dibunuh oleh warga.
‘’ Stop, jangan bunuh orang utan itu’’. Teriak Doni.
‘’Kenapa, kamu hanya anak kecil tau apa kamu, hewan ini sudah merusak perkampungan kami’’.
‘’ Dia tidak salah (sambil menunjuk orang utan) yang salah kita semua’’?
‘’ Hei, apa maksudmu yang salah kita semua?’’ bentak salah seorang warga.
‘’ Pertama, para pemimpin kita, kenapa membiarkan ilegalloging terjadi, tidak mungkin mereka tidak tahu kalau terjadi ilegalloging, yang kedua kenapa kalian malah marahmarah pada hewan-hewan yang tergusur, tempat tinggal mereka dirusak, seharusnya kita melindungi, bukan malah membunuhnya’’ sahut Dono.
Tiba-tiba dari jauh ada seseorang yang melepaskan peluru tembaknya hingga mengenai orang utan. Semua orang kampung seketika itu langsung meninggalkan tempat dimana si orang utan itu tertembak. Akhirnya Dono dan Doni membawa si orang utan kembali ke hutan dan menguburnya disana.
‘’ Doni, Dono siapa sedang apa kalian?’’ Tanya raja hutan.
‘’ Somon si orang utan’’ setelah itu mereka berdo’a bersama untuk si somon’’.
            Akhirnya, Doni dan Dono yang masih duduk di bangku SMA diam-diam memberikan penyuluhan kepada warga desa agar bisa bersama-sama menyelamatkan hutan Indonesia.  Pertama kali mencoba memberikan penyuluhan, ia sudah ditolak mentah-mentah oleh warga, bahkan mereka berdua diusir. Mereka tak patah semangat, hari berikutnya, mereka mencoba lagi.
Langkah pertama mereka adalah melakukan pendekatan, dan orang yang pertama kali mereka lihat adalah seorang anak kecil . Mereka berdua mencoba bertanya, memberinya permen dan snack, lalu mengajaknya belajar.  Langkah pertama sukses mereka lakukan, mereka juga tak lupa berpesan pada anak kecil tadi untuk mengajak teman-temanya untuk belajar bersama, karena mereka berfikir lewat anak-anak kecil itulah mereka bisa dengan mudah masuk ke dalam masyarakat desa, seperti kata Bung Karno berikan aku satu orang pemuda maka akan ku guncang dunia, sedangkan seribu orang tua hanya dapat bermimpi. Doni dan Dono tak hanya mengajarkan tentang pelajaran sekolah saja, tetapi bagaimana cara menjaga dan melesraikan alam khususnya hutan, dan bagaimana cara menghargai sesama mahluk.
Suatu ketika, ada seekor harimau yang terpaksa harus gunung karena tempat tinggalnya sudah tergusur. Semua warga beramai-ramai akan membunuhnya, tetapi ada satu anak kecil yang melarangya.
‘’ Stop, jangan bunuh harimau itu, ia juga mahluk hiduo yang berhak untuk hidup,kita harus bisa menghargai sesama’’.
‘’ Tapi, harimau ini akan membunuh kita, kalau kita tidak membunuhnya’’. Kata salah seorang warga.
‘’ Ia butuh tempat tinggal, jangan sakiti dia, kenapa hutan itu digunduli, kalaun saja hutan itu tak digunduli ia tak akan seperti ini’’.
Pak Bupati yang datang belakangan, berusaha melerai., ia sedang melakukan peninjauan ke beberapa daerah.
‘’ Ada apa ini?’’ Tanya pak bupati.
‘’ Harimau ini akan dibunuh pak’’, jawab anak kecil tadi.
Setelah tahu kejadian pastinya, pak bupati bertanya apakah ada penggundulan hutan yang terjadi di daerah yang dipimpinnya. Anak kecil itu menjawab iya. Ia memanggil lurah yang ada di desa tersebut dan bertanya kenapa hal itu bisa terjadi. Pak lurah berdalih dengan berubahnya hutan menjadi kawasan perkebunan akan meningkatkan pendapatan sekitar. Pak bupati berbalik mengungkapkan statementnya.
‘’ Kalau hanya mementingkan pendapatan tanpa memikirkan lingkungan, itu sama saja, pendapatan warga banyak tapi lingkungan akan rusak, mau tinggal dimana anda?’’
Pak Bupati pun bertanya tentang laporan pertanggungjawaban pak lurah yang dulu sudah diberi pak bupati dana untuk mengembangkan industry-industri kecil yang ada di desa tersebut dan bahkan pelatihan-pelatihan pun sudah digalakkan, tapi sampai sekarang laporan pertanggungjawabannya belum ada.
‘’Anda tahu, kenapa saya menggalakkan program-program seperti ini’’? Itu karena saya ingin masyarakat tidak menjadikan lingkungan sebagai alasan mencari uang yag akhirnya juga akan merusak alam sendiri, anda sebagai salah satu tokoh masyarakat seharusnya bisa mengarahkan warga anda untuk mensukseskan program tersebut bukan malah menghancurkannya secara diam-diam. Pak Lurah hanya bisa meminta maaf dan berjanji akan segera melaporkan laporan pertanggungjawabannya. Setelah pulang ia menyuruh beberapa ajudannya untuk mencari tahu, siapa orang yang mengajari anak-anak kecil hingga mereka pandai berbicara, sampai-sampai ia harus dipanggil pak bupati. Bahkan orang-orang desa pun kini sudah mulai sadar kalau perbuatan mereka yang mau menerima suap untuk menjadikan kawasan hutan menjadi kawasan perkebunan itu salah. Mereka tersadar setelah anak-anak mereka senang menanam pohon dan berkata pada orang tua mereka tentang menghargai sesama mahluk.
Setelah tahu, bahwa Doni dan Dono yang mengajari anak-anak kecil itu, pak lurah menyuruh ajudan-ajudannya untuk membunuh mereka, ia kesal karena ia juga harus membatalkan kontrak dengan perusahaan perkebunan sehingga ia tak mendapat uang suap lagi. Doni dan Dono diculik ketika mereka tengah tertidur lelap dengan para penghuni hutan lainnya, mereka sempat tersadar tapi mereka dibius sampai tak sadarkan diri. Paginya, seluruh penghuni hutan mencari mereka, Doni dan Dono dibawa ke sebuah tempat yang dimana mereka dipukuli hingga berdarah dan tak berdaya. Harimau yang merasa dirinya pernah terselamatkan oleh anak kecil yang diajar Doni dan Dono, nekat mencari hingga ketemu. Ia mendengar teriakan Doni dan Dono, lalu memberi tahu seluruh penghuni hutan dan berbondong-bondong menyelamatkan Doni dan Dono.
Harimau tahu kalau itu suruhan pak luran, dan ia pun menculik anak pak lurah yang masih kecil. Ia akan membunuh anak pak lurah kalau Doni dan Dono tidak dibebaskan. Pak lurah melepaskan tembakan ke arah harimau hingga ia harus kehilangan nyawanya.
‘’ Hraimauuuu, teriak Doni dan Dono sambil menangis’’ meskipun dalam kondisi tak berdaya.
Suasana desa menjadi sangat ramai, hingga banyak polisi berdatangan, dan bupati pun tak ketinggalan hadir.  Pak Lurah harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, dan berkat jasa Doni dan Dono hutan pun tetap hijau dan menjadi paru-paru dunia. Semua orang berdo’a untuk harimau dan menguburnya. Sedangkan Doni dan Dono memutuskan untuk kembali ke kota, meskipun mereka sempat terpisah dengan grup pramuka mereka.

Comments